GENERASI MILENIAL DAN GAYA HIDUP SEBAGAI KEBUTUHAN

Salsabilla Ayu Farabiyah 

22041184125

SURABAYA – Sebagian anak muda menganggap gaya hidup sebagai kebutuhan yang wajib terpenuhi. Kebutuhan tidak hanya dalam hal sandang, pangan, dan papan namun gaya hidup seperti nongkrong di café atau pakaian yang branded juga termasuk dalam kebutuhan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tidak mau kalah soal gaya hidup atau bahasa gaulnya FOMO (Fear of Missing Out). Salah satu dari beberapa yang sedang trend dikalangan anak muda masa kini yaitu menjadi selebgram, thrifting, nonton film.

Instagram jadi salah satu sosial media yang saat ini digandrungi anak muda, di Indonesia pengguna Instagram hingga mencapai 69,7 juta pada tahun 2020. Data ini dirilis oleh Napoleon Cat perusahaan sosial media marketing yang berada di Polandia.  Instagram sendiri memiliki pengaruh yang besar bagi penggunanya terutama pada kalangan anak muda. Disana kita bisa melihat kehidupan orang yang ingin kita tahu, apabila orang itu memiliki kehidupan yang menarik kita bisa mem-follow. Sekarang profesi selebgram menjadi salah satu yang sangat diminati oleh anak muda karena dianggap profesi yang mudah hanya perlu aktif bersosial media.

Saya mewawancarai salah satu selebgram di Kota Pasuruan, Jawa Timur Talitha Ahmad Attamimi owner dari Homeofpop outlet pakaian yang mengutamakan gaya anak muda. Menjadi selebgram bukan keinginannya, semua terjadi secara spontan saja. Berawal dari seseorang yang meminta tolong untuk mereview barang sehingga terus berlanjut hingga saat ini. Dari sini follower terus bertambah dan yang meminta tolong untuk review produk juga bertambah. Namun menjadi selebgram tidak semata-mata hanya perlu aktif di sosial media, jalan-jalan dan berwisata, selebgram juga memiliki kesulitan tersendiri.

“Kesulitannya mungkin untuk membagi waktunya, karena ada kesibukan lainnya juga. Jadi time managementnya juga harus terjaga bagus untuk take videonya, untuk editnya, uploadnya, dan lain-lain” tambah Tata.

Selebgram juga tidak bisa asal menerima barang untuk di review karena kita harus mencocokan dengan diri agar hasil review yang dihasilkan seperti natural dan terkesan dibuat-buat. Menjadi seorang selebgram memiliki tanggung jawab yang besar juga karena akan menjadi role model bagi para followernya. Entah itu mulai dari  gaya hidup, style pakaian, tempat liburan dan tidak dipungkiri juga kehidupan sehari-hari.

“Sukanya banyak, mungkin bisa lebih bermanfaat untuk orang lain melalui konten-konten yang dibikin, bertemu banyak teman-teman influencer juga yang biasanya cuma kenal di Instagram. Dukanya mungkin Ketika kita sudah terbiasa upload story atau lainnya setiap hari, Ketika kita butuh waktu untuk break, kadang ada rasa resah atau ga enak saja karena mungkin sudah terbiasa  untuk aktif di sosial media”  Penjelasan dari Tata.

“Jadilah pribadi yang apa adanya saja, nggak perlu dibuat-buat agar orang suka sama kamu. Dan kalau ada hal yang bisa kamu tonjolkan dari diri kamu boleh kamu gunakan agar kamu punya karakter dan berbeda dari yang lain, masalah orang lain itu belakangan”. Imbuh Tata untuk anak muda yang ingin memulai karir menjadi selebgram.

Selain selebgram , kegiatan thrifting juga sedang digemari anak muda. Thrifting adalah kegiatan membeli barang bekas yang masih layak untuk digunakan. Thrifting yang sedang diminati saat ini menghasilkan peluang pekerjaan baru untuk para pedagang, bahkan thrifting bisa temukan dimana saja mulai dari berjualan di pinggir jalan, membuka outlet bahkan hingga di online shop. Thrifting diminati kalangan muda karena memiliki beberapa faktor


“Karena dengan thrifting uang dua puluh ribu sudah bisa dapat baju, jadi saya ketagihan uang segini sudah bisa dapat baju bagus” kata Khezia Nabiil Naviisah dua puluh tahun (20). Selain itu, thrifting juga bisa melatih mix and match baju saat berpenampilan.

Kualitas baju thrifting dengan beli baru juga tidak kalah bagus hanya saja thrifting baju bekas yang sudah pernah dipakai. Pernyataan ini juga disampaikan oleh Khezia

“Karena kualitasnya tidak jauh beda kalo kita pinter memilih. Sedangkan selisih harga baju bekas dan baju baru sangat jauh berbeda. Plusnya dai thrifting lebih hemat pengeluaran jadi uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya. Misunya katika cari di Tugu Pahlawan harus ekstra sabar, teliti, dan pintar nego saja”.

Untuk pemula ada tips and trick hunting thrifting ala Khezia “kalo misal kita beli di Tugu Pahlawan kita harus datang pagi soalnya barang-barang pagi itu lebih bagus. Kalau siang-siang sekitar jam delapan itu masih bagus sih tapi kalo pinter nyari, tapi barang pagi lebih bagus. Yang kedua kita tau merk kayak misalnya, walaupun thrift ada kok merk-merk ternama seperti UNIQLO. UNIQLO tidak usah diragukan lagi kualitasnya dari celana, kemeja nya, dan bajunya pokoknya semua produknya itu bagus menurutku. Yang ketiga harus dicoba daripada nanti waktu di rumah gak cukup, pokoknya waktu di sana dicoba enggak apa-apa kok sama orangnya dan harus pinter nego juga untuk harganya”.

Thrifting memiliki kelebihan dan kekurangannya bagi pemula yang ingin mencoba kegiatan thrifting harus teliti dan pintar-pintar saat menego produk tersebut.


Selain itu, terdapat tren menonton film bagi anak muda. Film-film tersebut dapat diputar melalui aplikasi berbayar seperti Netflix, Iqiyi, Disney+, Viu, dan platform online lainnya maupun menonton di bioskop. Dengan adanya platform platform tersebut kita dapat dengan mudah mengakses film dalam negeri maupun luar negeri. Rata-rata anak muda memilih untuk menonton sebagai healing dari padatnya tugas sekolah maupun kuliah. Pernyataan ini diperkuat dengan salah satu ungkapan dari salah satu narasumber

“Alasannya sebener e karena dengan nonton film itu bisa lebih nyegerin pikiran dari banyaknya kegiatan ya misal kan kita udah capek banget kuliah abis itu nugas, terus capek karena ketemu orang yang banyak dalam satu hari, nah pasti itu kan bikin stres banget, salah satu cara ngeredain stres itu sendiri dengan nonton film” Annisa Aunila sembilan belas tahun (19) mahasiswa di Universitas Negeri Airlangga.

Tapi ada waktu saat pandemi kemarin bioskop ditutup dan semua penayangan film mundur bahkan banyak produksi film yang mengalami kerugian karena pandemi. Tidak hanya mereka bagi penikmat film juga merasakan dampaknya.” Sedih sihh, tapi kebantu juga sama adanya platform streaming online kayak Disney, Netflix HBO dan lain-lain, jadi enggak terlalu terasa kosong nya sih” tambahnya

Dari berbagai genre film masyarakat paling suka dengan genre komedi sebesar (70,6 persen) dan yang kedua horror (66,2 persen) namun masih banyak yang menyukai genre lain seperti thriller dan romantis.

“Aku suka thriller, crime, sama yang kayak di dalam ceritanya tuh membahas tentang politik, alasannya karena apa ya kalo yang politik-politik gitu kan bisa menambah wawasan yaa, tentang politik negeri lain, hukum dsb. Dan juga aku lebih suka film yang bisa buat mikir gitu.” Imbuh Annisa

Saat ini juga ada tiga film Indonesia yang sedang tayang di bioskop dan yang sedang ramai diperbincangkan. Ketiga film tersebut memiliki perbincangan dan penilaian sendiri karena mereka memiliki tiga genre yang berbeda

“Baru Miracle aja sih, karena tertarik nya nonton yang itu. Sebenernya pengen nonton yang mencuri Raden Saleh tapi engga ada temen buat nonton. Tanggapannya Miracle bagus banget walaupun film itu remake dari yang versi Korea ya dan kebetulan aku juga udah nonton yang versi Korea juga, tapi film ini itu apa ya bisa memenuhi ekspektasi ku tanpa ngerusak alur cerita yang asli gitu loh. terus akting anak kecil nya bagus banget abis itu komedi yang dibawakan pak Indro dan kawan-kawan difilm ini juara sih. Bahkan menurutku salah satu poin tambah dari film ini itu di komedinya yang lucu tapi ga terlalu maksa buat lucu gitu”

Menonton film menjadi salah satu pilihan bagi anak muda yang ingin menyegarkan pikiran atau bahkan mengisi waktu luang.

 

Comments